Monday, January 17, 2005

SEBUAH ZIARAH KE KUBUR SENDIRI

Di bawah kemah di Arafah

Diterjang panas 50 derajat

Hamba letakkan tulang belulang hamba

Mayat hamba terbaring

Ini sebuah simulasi

Inilah inventarisasi


Menjelang pengembalian segala barang pinjaman

Kepada Yang Maha Empunya

Semua benda yang sempat hamba akumulasi

Selama sekali setahun

Barang-barang bergerak, barang-barang tak bergerak

Surat-surat dunia, dokumen-dokumen fana

Isteri, anak, cucu, ilmu, puisi, budaya

Ternyata mereka bukan milik hamba

Mereka bergerak serentak

Tapi tepat di tepi kubur ini

Mereka semua berhenti


Hamba kembalikanlah gumpalan protein, air dan garam ini

Pada Dikau Yang Maha Empunya

Mudah-mudahan masih utuh amanatMu ini, ya Razaq

Empat ratus tulang-belulang

Tiga belas persendian utamanya

Seperangkat urat syaraf, susunan darah dan pencernaan

Yang kerjanya demikian fantastik


Sesudah x tahun lamanya kupinjam adi-komputer

Hadiah Dikau ini, ya Rabbi

Sepuluh ribu juta neutron dalam otak

Yang Dikau pinjamkan ini

Dengan sinyal-sinyal pikiran sekencang 400 kilometer per jam Wahai

betapa sayang Dikau pada lempung bergaram Hamba, khalifah-Mu ini

Yang Dikau Hadiahi cerdas dan ilmu

Tapi ini semuanya pinjaman hanya

Bagaimana cara hamba mengembalikannya


Hamba malu, hamba malu

Dan bila regangan terakhir akan disentakkan

Dan bila hidup mulai disibakkan

Tak sempat lagi meninjau inventarisasi

Semua benda yang diakumulasi

Mudah-mudahan semuanya sudah rapi

Karena hanya YaSin yang terdengar kini

Dan isteriku yang mulai merah matanya


Ya Muqallibal Qulub

Jangan palingkan hati hamba

Hamba kembali pada Dikau

Dalam keadaan tumpas, fakir dan fana

Seluruh barang pinjaman hamba kembalikan

Mudah-mudahan semuanya utuh

Kalaulah ada bagian dari lempung bergaram ini

Aus dan longgar pasangannya

Ginjalku berbatu

Jantungku menyempit aortanya

Mohonlah Dikau terima sebagai barang yang susut


Dan inilah tumpukan dosaku

Tak dapat aku sembunyikan dari pandanganMu, ya Bashir

Akan Kau apakan hamba, ya Ghafur

Bukankah ubun-ubunku sudah sejak dulu dalam genggaman-Mu, ya Malik?

Betapa sakit tak terperi tenggorokanku


Wallahualambishowab