Sayap yang Tak Pernah Patah
Ini suatu tausiah utk kesadaran DIRI, moga hari esok bisa lebih baik.
Suatu hari Fatimah binti Rasulullah Saw, berkata kepada Sayidina Ali, uaminya. "Wahai kekasihku, sesunguhnya aku pernah menyukai seorang pemuda ketika aku masih gadis dulu.""O ya," tanggap Sayidina Ali dengan wajah sedikit memerah. "Siapakah lelaki terhormat itu, dinda?". "Lelaki itu adalah engkau, sayangku," jawabnya sambil tersipu, membuat sayidina Ali tersenyum dan semakin mencintai isterinya.Percakapan romantis Siti Fatimah dengan Sayidina Ali diatas mungkin sudah menjadi hal biasa bagi para suami isteri. Tetapi tidak bagi mereka yg belum menikah. Percakapan2 romantis yg sering ditemukan dalam buku2 pernikahan itu sungguh sangat imajinatif bagi para lajang yg sudah merindukan pernikahan, sekaligus juga misteri, apakah ia bisa seromantis Siti Fatimah dan Sayidina Ali?
Teringat pesan seorang Ustad di jakarta, " Saya lebih baik tidak memberikan ceramah apabila malam hari saya tidak tunaikan Sholat Tahajud", sungguh kagum saya dg sikap tersebut, beliau yg saya akui bukan orang biasa, dan amalannya insy4JJ1 lebih baik dari saya, sangat menjaga dg amalan 2x sunah. Ustad juga pernah berpesan, klo hati kita selalu diliputi kesulitan hidup, tingkatkan frekueinsi ibadah. "Sesudah kesulitan itu ada KEMUDAHAN",
tiada tuhan selain 4JJ1
baru dapat lirknya dari teman, udah 2 minggu muteri lagu ini, bisa bikin hati terhanyut dalam duka, dan sy berdoa Moga ini saatnya kebangkitan ACEH, seperti kebangkitan Jepang setelah perang dunia 2,
BANGKIT DAN BERJUANGLAH SAUDARAKU, MOGA MEREKA YG TIADA, WAFAT SEBAGAI SYUHADA.
Wallahualambishowab
Di bawah kemah di Arafah
Diterjang panas 50 derajat
Hamba letakkan tulang belulang hamba
Mayat hamba terbaring
Ini sebuah simulasi
Inilah inventarisasi
Menjelang pengembalian segala barang pinjaman
Kepada Yang Maha Empunya
Semua benda yang sempat hamba akumulasi
Selama sekali setahun
Barang-barang bergerak, barang-barang tak bergerak
Surat-surat dunia, dokumen-dokumen fana
Isteri, anak, cucu, ilmu, puisi, budaya
Ternyata mereka bukan milik hamba
Mereka bergerak serentak
Tapi tepat di tepi kubur ini
Mereka semua berhenti
Hamba kembalikanlah gumpalan protein, air dan garam ini
Pada Dikau Yang Maha Empunya
Mudah-mudahan masih utuh amanatMu ini, ya Razaq
Empat ratus tulang-belulang
Tiga belas persendian utamanya
Seperangkat urat syaraf, susunan darah dan pencernaan
Yang kerjanya demikian fantastik
Sesudah x tahun lamanya kupinjam adi-komputer
Hadiah Dikau ini, ya Rabbi
Sepuluh ribu juta neutron dalam otak
Yang Dikau pinjamkan ini
Dengan sinyal-sinyal pikiran sekencang 400 kilometer per jam Wahai
betapa sayang Dikau pada lempung bergaram Hamba, khalifah-Mu ini
Yang Dikau Hadiahi cerdas dan ilmu
Tapi ini semuanya pinjaman hanya
Bagaimana cara hamba mengembalikannya
Hamba malu, hamba malu
Dan bila regangan terakhir akan disentakkan
Dan bila hidup mulai disibakkan
Tak sempat lagi meninjau inventarisasi
Semua benda yang diakumulasi
Mudah-mudahan semuanya sudah rapi
Karena hanya YaSin yang terdengar kini
Dan isteriku yang mulai merah matanya
Ya Muqallibal Qulub
Jangan palingkan hati hamba
Hamba kembali pada Dikau
Dalam keadaan tumpas, fakir dan fana
Seluruh barang pinjaman hamba kembalikan
Mudah-mudahan semuanya utuh
Kalaulah ada bagian dari lempung bergaram ini
Aus dan longgar pasangannya
Ginjalku berbatu
Jantungku menyempit aortanya
Mohonlah Dikau terima sebagai barang yang susut
Dan inilah tumpukan dosaku
Tak dapat aku sembunyikan dari pandanganMu, ya Bashir
Akan Kau apakan hamba, ya Ghafur
Bukankah ubun-ubunku sudah sejak dulu dalam genggaman-Mu, ya Malik?
Betapa sakit tak terperi tenggorokanku
Wallahualambishowab
Asww.
Asww,