Saturday, January 22, 2005

Sayap yang Tak Pernah Patah

Mari kita bicara tentang orang-orang patah hati. Atau kasihnya tak sampai. Atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapa lVanderwicjk tenggelam. Atau cinta Qais dan Laila yang membuatmereka 'Majnun', lalu mati. Atau, jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas dihempas takdir, atau layu tak berbalas. Itu cerita cinta yang digali dari mata air ke air mata. Dunia tidak merah jambu di sana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap ditengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung; O, burung, adakah yang mau meminjamkan sayap Aku ingin terbang menjemput Sang Kekasih Sejati.

Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Mereka orang-orang baik yang perlu dikasihani. Atau jika mereka adalah kamu sendiri, maka terimalah ucapan belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimu sendiri. Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya takpernah patah. Kasih selalu sampai di sana. Apabila ada cinta di hati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain, kata Rumi, sebab tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain. Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta lain.

Kalau cinta berawal dan berakhir pada Allah, maka cinta pada yang lain hanya upaya menunjukkan cinta pada-Nya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki; selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanyamembahagiakan orang-orang yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat: kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah danmelankolik saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab di sini kita justru sedang melakukan sebuah 'pekerjaan jiwa'yang besar dan agung : MENCINTAI.

Hosted by Photobucket.com

Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah 'kesempatan memberi' yang lewat. Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki 'sesuatu' yang dapat kita berikan, maka persoalan penolakan atau ketidak sampaian jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalah waktu. Para pecinta sejati selamanya hanya bertanya: 'Apakah yang akan ku berikan? 'Tentang kepada 'siapa' sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder.


Jadi kita hanya patah atau hancur karena kita lemah. Kita lemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini: kita mencintai seseorang, lalu kitamenggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita.

Oleh : Anis Matta

Ini suatu tausiah utk kesadaran DIRI, moga hari esok bisa lebih baik.

Friday, January 21, 2005

Ketika Cinta Berbuah Dilema

Suatu hari Fatimah binti Rasulullah Saw, berkata kepada Sayidina Ali, uaminya. "Wahai kekasihku, sesunguhnya aku pernah menyukai seorang pemuda ketika aku masih gadis dulu.""O ya," tanggap Sayidina Ali dengan wajah sedikit memerah. "Siapakah lelaki terhormat itu, dinda?". "Lelaki itu adalah engkau, sayangku," jawabnya sambil tersipu, membuat sayidina Ali tersenyum dan semakin mencintai isterinya.Percakapan romantis Siti Fatimah dengan Sayidina Ali diatas mungkin sudah menjadi hal biasa bagi para suami isteri. Tetapi tidak bagi mereka yg belum menikah. Percakapan2 romantis yg sering ditemukan dalam buku2 pernikahan itu sungguh sangat imajinatif bagi para lajang yg sudah merindukan pernikahan, sekaligus juga misteri, apakah ia bisa seromantis Siti Fatimah dan Sayidina Ali?


Alangkah bahagianya, seorang pemuda yg sejak lama memimpikan obrolan2 romantis akhirnya sampai diterminal harapan, sebuah pernikahan suci. Apa yg selama ini menjadi imajinasinya saat itu akan ia ungkapkan kepada isterinya. "Wahai kekasihku, ada satu kata yg dari dulu terpenjara dihatiku dan ingin sekali kukatakan kepadamu, aku mencintaimu."Tetapi, kebahagiaan ini hanya milik mereka yg telah dikaruniai kemampuan untuk mengikat perjanjian yg berat (mitsaqan ghalidha), pernikahan itu.


Bagi mereka yg masih harus melajang, semuanya masih hanya mimpi yg terus menggoda.Terkadang, ada pemuda yg tidak kuat melawan godaan imajinasinya. Keinginan untuk mengungkapkan cinta itu tiba2 sangat besar sekali. Tetapi kepada siapa perasaan itu harus diungkapkan? Sementara isteri belum punya, kekasih pun tidak ada. Karena kata pacaran sudah lama dihapus dalam kamus remajanya. Tapi, dorongan itu begitu besar, begitu dahsyat. Awalnya, kuat. Sampai tibalah sebuah perjumpaan. Sebuah rapat koordinasi diorganisasi kemahasiswaan atau dalam tugas kelompok dari sekolah telah mempertemukan dua pesona. Imajinasi itu kembali menari-nari. "Nampaknya, dibalik jilbabnya yang rapi ia adalah gadis yang kuimpikan selama ini.""Oh, ketegasannya sesuai dengan penampilannya yg kalem, dia mungkin yg kuharapkan.


"Dan cinta itu hadir. Tetapi, sudahkah saatnya cinta itu diucapkan? Padahal mengikat perjanjian yg berat belum sanggup dilakukan. Lalu apa yg harus dilakukan ketika dorongan untuk mengatakan perasaan semakin besar, teramat besar? Hingga perjumpaan dengannya jadi begitu mengasyikkan; menerima sms-nya menjadi kebahagiaan; berbincang dengannya menjadi kenikmatan; berpisah dengannya menjadi sebuah keberatan; ketidakhadirannya adalah rasa kehilangan, Indah.


Tapi ini adalah musibah! Interaksi muslim dan muslimah yg semakin longgar telah menggiring mereka kepada dua dinding dilema yg semakin menyempit dan begitu menekan. Cinta terlanjur hadir. Meski indah tapi bermasalah. Mau menikah, persiapan belum cukup atau kondisi belummendukung. Menunggu pernikahan, seminggu saja serasa setahun. Melepaskan dan memutuskan komunikasi, cinta terlanjur bersemi. Menjalani interaksi seperti biasa, semuanya membuat hati semakin merasa bersalah.


Apa yang bisa dijadikan solusi? Jawabannya akan sangat panjang lebar jika yg dijadikan landasan adalah realita dan logika. Tetapi, marilah kita bicara dengan nurani dan keimanan, agar semua bisa terselesaikan dengan cepat dan tuntas. Tanyakan kepada nurani tentang keimanan yg bersemayam di dalamnya? Masihkah memiliki kekuatan untuk mempertahankan 4JJ1 sebagai nomor satu dan satu-satunya? Dengan kekuatan iman, cinta kepada Allah bisa meng-eliminir cinta kepada seseorang yg telah menjauhkan dari keridhaan-Nya. Cinta macam apa yg menjauhkan diri dari keridhaan 4JJ1? Untuk apa mempertahankan cinta yg akhirnya membuahkan benci Dzat yg sangat kita harapkan cinta-Nya? Tanyakan pada keimanan dan nurani, siapa yg lebih dicintai, 4JJ1 ataukah "dia"? "Qul Aamantu Billahi tsummastaqim!" (al-Hadits)

Wallahua'lambishowab

Thursday, January 20, 2005

D' Children Of Haven

Hosted by Photobucket.com


Kadang kerinduan akan kampung halaman membuat saya termotivasi utk segera menyelesaikan amanah di "Kawah Candra Dimuka"

Wednesday, January 19, 2005

Harus malam ini!

Teringat pesan seorang Ustad di jakarta, " Saya lebih baik tidak memberikan ceramah apabila malam hari saya tidak tunaikan Sholat Tahajud", sungguh kagum saya dg sikap tersebut, beliau yg saya akui bukan orang biasa, dan amalannya insy4JJ1 lebih baik dari saya, sangat menjaga dg amalan 2x sunah. Ustad juga pernah berpesan, klo hati kita selalu diliputi kesulitan hidup, tingkatkan frekueinsi ibadah. "Sesudah kesulitan itu ada KEMUDAHAN",

Aaaaaahhh..... kena ku lewatkan malam itu begitu aja! masih terlena dg kesulitan Skripsi, BISNIS, ato yg lain. masih aja ku lalai.
Ya 4JJ1 Ya Robb, kuatkan badan ini utk bangun di malam Mu, ku ingin mengadu sekali lagi, ku ingin bercerita sekali lagi, jangan lenakan hamba dengan yg fana.....haruskan ku lewatkan malam ini sekali lagi.

Wallahualambishowab

Indonesia Menangis - Sherina (with sedikit editing )

Ya 4JJ1, marahkah Kau padaku
Sungguh deras curah murka-Mu
Kau hempaskan jari-Mu di ujung banda
Tercenganglah seluruh dunia

Ya 4JJ1, mungkin Kau pun ajarkan
Tak ku dengarkan peringatan
Kusakiti Engkau sampai perut bumi
Maafkan kami, oh Rabbi

Engkau Yang Perkasa, jangan marah lagi
Biarkanlah kami, songsong matahari

Engkau Yang Pengasih, ampunilah dosa
Memang salah ini, kesalahan kami

Ya, 4JJ1, ampuni kami
Ya, 4JJ1, tolonglah kami
4JJ1, ampuni kami
4JJ1, tolonglah kami


tiada tuhan selain 4JJ1
baru dapat lirknya dari teman, udah 2 minggu muteri lagu ini, bisa bikin hati terhanyut dalam duka, dan sy berdoa Moga ini saatnya kebangkitan ACEH, seperti kebangkitan Jepang setelah perang dunia 2,

BANGKIT DAN BERJUANGLAH SAUDARAKU, MOGA MEREKA YG TIADA, WAFAT SEBAGAI SYUHADA.

Wallahualambishowab

Monday, January 17, 2005

SEBUAH ZIARAH KE KUBUR SENDIRI

Di bawah kemah di Arafah

Diterjang panas 50 derajat

Hamba letakkan tulang belulang hamba

Mayat hamba terbaring

Ini sebuah simulasi

Inilah inventarisasi


Menjelang pengembalian segala barang pinjaman

Kepada Yang Maha Empunya

Semua benda yang sempat hamba akumulasi

Selama sekali setahun

Barang-barang bergerak, barang-barang tak bergerak

Surat-surat dunia, dokumen-dokumen fana

Isteri, anak, cucu, ilmu, puisi, budaya

Ternyata mereka bukan milik hamba

Mereka bergerak serentak

Tapi tepat di tepi kubur ini

Mereka semua berhenti


Hamba kembalikanlah gumpalan protein, air dan garam ini

Pada Dikau Yang Maha Empunya

Mudah-mudahan masih utuh amanatMu ini, ya Razaq

Empat ratus tulang-belulang

Tiga belas persendian utamanya

Seperangkat urat syaraf, susunan darah dan pencernaan

Yang kerjanya demikian fantastik


Sesudah x tahun lamanya kupinjam adi-komputer

Hadiah Dikau ini, ya Rabbi

Sepuluh ribu juta neutron dalam otak

Yang Dikau pinjamkan ini

Dengan sinyal-sinyal pikiran sekencang 400 kilometer per jam Wahai

betapa sayang Dikau pada lempung bergaram Hamba, khalifah-Mu ini

Yang Dikau Hadiahi cerdas dan ilmu

Tapi ini semuanya pinjaman hanya

Bagaimana cara hamba mengembalikannya


Hamba malu, hamba malu

Dan bila regangan terakhir akan disentakkan

Dan bila hidup mulai disibakkan

Tak sempat lagi meninjau inventarisasi

Semua benda yang diakumulasi

Mudah-mudahan semuanya sudah rapi

Karena hanya YaSin yang terdengar kini

Dan isteriku yang mulai merah matanya


Ya Muqallibal Qulub

Jangan palingkan hati hamba

Hamba kembali pada Dikau

Dalam keadaan tumpas, fakir dan fana

Seluruh barang pinjaman hamba kembalikan

Mudah-mudahan semuanya utuh

Kalaulah ada bagian dari lempung bergaram ini

Aus dan longgar pasangannya

Ginjalku berbatu

Jantungku menyempit aortanya

Mohonlah Dikau terima sebagai barang yang susut


Dan inilah tumpukan dosaku

Tak dapat aku sembunyikan dari pandanganMu, ya Bashir

Akan Kau apakan hamba, ya Ghafur

Bukankah ubun-ubunku sudah sejak dulu dalam genggaman-Mu, ya Malik?

Betapa sakit tak terperi tenggorokanku


Wallahualambishowab

Sunday, January 16, 2005

Suatu Permintaan maaf....

Asww.
Pesan seorang teman pada saya:

Jika kita belum siap atau serius menuju jenjang yang jelas, maka jangan sekali-kali membuka pintu cinta untuk hati seseorang. Jika muncul dalam kadar yang lebih, sebaiknya kita membatasi diri dari interaksi dengan orang yang kita sukai, kecuali kalau kita sanggup memahami akan makna cinta secara lebih luas. Jika kita tidak merasakan apapun, sedangkan perempuan yang berinteraksi dg kita lantas menjadi menyukai kita, ada baiknya kita tidak memberikan harapan-harapan kepadanya, sekecil apapun. Jangan dibuat main-main, sobat. Perempuan itu makhluk yang lembut dan sensitif, jadi jangan menyakitinya...

Saya pahami kehilafan yg terjadi. klo saja "WAKTU" itu bisa kembali mundur, tapi ini kesalah yg harus disukuri, tidak perlu disesali, karena akan ada "HIKMAH" dari setiap keputusan yg salah. dan saya belajar dari itu.
Dan kehilafan yg kedua: terlalu cepat saya memutuskan tali silaturahmi itu, tidak ada kemudahan yg akan diberikan Ilahi pada yg memutuskan silaturahami.

" Setelah Kesulitan itu ada Kemudahan" yg menjadi perenungan di setiap akhir sholat saya, Ya 4JJ1 Ya Rob, Kau yg membolak-balikkan hati ini, ku mohon dengan sangat, mudahkan urusanku dengan nya. Moga uhti bisa memaafkan utk kesekian kalinya.
wasalam

Hatimu Adalah Wadah Itu

Ada seorang tua yg bijak. suatu pagi ia
kedatangan anak muda, langkahnya gontai, air
mukanya Ruwet Seperti dirundung masalah. Anak
muda itu menumpahkan segala masalahnya,
orang tua tersebut mendengarkan dengan
seksama.

Setelah tamunya selesai bercerita, Orang tua
tersebut kemudian mengambil segenggam garam
dan meminta anak muda tsb untuk mengambil
gelas minumannya. Kemudian ditaburkannya
garam tsb kedalam gelas dan diaduknya
perlahan. "minum dan katakan bagaimana
rasanya!" kata pak tua itu singkat. "Puih!" Anak
muda itu meludah kesamping "asin sekali
tenggorokanku" kata pemuda tadi.

Pak Tua tersenyum, lalu mengajak tamunya ke
tepi telaga. Pak tua itu kemudian menaburkan
segenggam garam ke dalam telaga dan
mengaduknya dengan sepotong tongkat. "coba
sekarang rasakan bagaimana rasanya!" "sedap
dan segar" kata pemuda tadi. Pak tua tersenyum
sambil menepuk punggung pemuda tadi.

Kemudian pak tua tadi mengajak pemuda tadi
duduk2 di tepi telaga. "Anak Muda dengarlah!
Pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam.
Tidak lebih & tidak kurang, jumlah dan rasanya
sama dan memang akan tetap sama" tutur Pak
tua. "Tapi kepahitan yang kita rasakan akan
sangat tergantung dari wadah yang kita miliki yaitu
hati kita. jadi, saat kamu merasakan kepahitan
dan kegagalan hidup, hanya satu yang bisa kamu
lakukan yaitu lapangkanlah dadamu menerima
semuanya. Luaskan hatimu untuk menampung
setiap kepahitan itu".

Pak Tua itu menatap si pemuda dengan
lembut. "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu
adalah tempat itu
. kalbumu adalah tempat
menampung segalanya
. jadi, jangan jadikan
hatimu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang
mampu meredam setiap kepahitan dan
mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagian.

Setelah itu keduanya beranjak pulang. hari ini
mereka sama2 belajar. pak tua ini kembali
menyimpan segenggam garam untuk yang lainnya
yang mungkin membawa keresahan jiwa.

Wallahualambishowab

Kembali Kekawah Candra Dimuka

Asww,
Akhirnya penyesalan itu datang juga, itu yg terlontar dari lisan ku karena ada amanah yg terlupakan sejak 6 bulan lalu, ku belajar dari setiap kesalahan yg terjadi, FOCUS .... FOCUS, itu yg mejadi target 2 bulan ini....., ya 4JJ1 ya Rob, hamba yg lemah ini hampir terlena dg nikmat yg Kau beri, jgn jadikan hambaMu ini kaum yg merugi, karena lalai dari perintah2xMu. Azzam sudah kuat, sekarang kerjakan apa yg sudah terencana utk 2 bulan kedepan, Ayah Ibu kan segera kupenuhi janji ku dulu. Menjadi seorang SARJANA yg kalian harapkan, dan segera kutunaikan cita cintaku kemudian.
wslm.
Wallahualambishowab